Akan kuceritakan kepadamu tentang seorang perempuan. Perempuan… iya perempuan. Kenapa? Baru kali ini aku akan bicara tentang perempuan. Dulu aku mengira perempuan adalah makhluk penggoda perusak masa depan. Nyatanya tidak. Rupanya penilaianku keliru sasaran.
Dialah Perempuan di Balik Tabir, karena setiap hari senang bersembunyi di balik tabir. Tak pernah menampakkan wajahnya, tapi kehadirannya senantiasa kurasakan. Tak jua kudengar suaranya, tapi kata-katanya senantiasa melunakkan hati yang kasar.
“Siapakah perempuan itu, Bang?” tanyamu.
“Dialah perempuan pelukis rindu. Senantiasa kumelihat jari-jemarinya yang lihai menggoreskan tinta biru di hatiku.”
“Ehem, jangan-jangan perempuan itu adalah salah seorang dari akhwat di balik tabir Mentoring ketika syuro. Ciee cieee. Hahahaha,” kau pun tertawa berjingkrak-jingkrak.
“Bukan,” jawabku pelan dan serius.
“Ciee, udah ngaku aja kenapa sih. Aku bisa nyimpen rahasia kok. Haha,” ledekmu kegirangan bagai seorang bocah dikasih permen.
“Sudah kubilang, bukan,” suaraku meninggi sambil mendongakkan kepala. Kau terdiam. Sedang aku kembali mengatur nafas untuk melanjutkan bicara. Kau nampak tidak sabar sambil memaras wajah bersalahmu.
Bukan, bukan dia yang kumaksud. Kau terlalu berambisi untuk tau tentang perempuan itu. Kau termakan bualanku yang dibuat manis agar kau membuka blogku dan membaca cerita ini lebih lanjut. Sesekali bukan. Dia hanyalah perempuan yang berlindung di balik tingginya tabir dan tebalnya tirai penghalang. Tabir adalah penghalang batas kumemandang dan mengolah akal pikiran.
Benar kata orang, “Ikan di laut, sayur di gunung, ketemunya di warteg.” Perempuan itu sekarang sudah di depan mata. Kau tau, perempuan itu bukan pribumi. Tidak. Tidak mungkin perempuan secantik itu berasal dari bumi. Pastilah dia seorang bidadari yang turun dari langit, walau aku bukan si Joko Tarub dan tak pernah mencuri selendang darinya.
“Kau mencintainya?” tanyamu kembali.
“Aku mencintainya, walau ku tak pernah mengungkapkan padanya.”
“Kenapa? Cemen banget jadi cowok, ngungkapin perasaan saja tak berani,” ledekmu.
“Aku tidak ingin menciptakan harapan palsu di hatinya.”
“Perempuan jangan dibiarkan terlalu lama menunggu, Bang,” sanggahmu.
“Tidak, tidak akan lama kok. Satu dua tahun in syaa Allah aku akan datang,” jawabku yakin.
Kau tahu, setiap malam selalu kubuat skenario tentangku dan dia yang kurangkai dalam doa munajatku kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aku yakin betul dialah perempuan di balik tabir yang selama ini kumimpikan. Dia datang dengan jalan yang tak pernah kuduga. Bagai sayur dan ikan yang tiba-tiba nimbrung satu piring di meja makan warteg.
Kau pasti tak percaya, karena kau hanya percaya pada mitos pencarian jodoh melalui TrueJodoh dan Take Me Out saja. Itulah yang selalu kau elu-elukan sebagai pencarian jodoh modern. Atau bergabung ke grup facebook “Cewek cantik sexi cari jodoh” atau lainnya yang pasti kau lebih tau. Aku hanya mengiranya saja. Karena aku lebih senang dengan caraku yang klasik ini. Ya, kau mengatakan caraku terlalu klasik dan tak sesuai jaman.
Tapi asal kau tau, aku sangat menikmati caraku yang kuno ini. Karena dengan cara inilah aku dapat berbenah diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan hanya buang-buang waktu dengan jalan-jalan. Atau buang-buang duit buat nonton bioskop. Atau buang tenaga dengan bermain sayang-sayangan. Setidaknya aku bisa belajar lebih dewasa. Bukan bermanja-manja minta duit orang tua.
Biarlah kau berkata dia perempuan hantu, yang penting dia tak senang menipu. Biar pula kau berkata dia perempuan kuntilanak, yang terpenting dia tak berkhianat. Kau boleh mengatakannya apa saja, semaumu. Tapi tak sedikit pun dapat mengubah pendirianku.
Satu lagi yang perlu kau tahu, kalau kau sampai baca ceritaku sampai bagian ini artinya kau sudah tertipu. Iya tertipu. Karena cerita ini sebenarnya hanya sebuah imajinasi yang terpadu ekspektasi. Agar kau senantiasa stay di blogku ini.