Menginjak tanggal 31 Oktober, makin rame deh kayaknya perihal Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi menggunakan NIK dan Nomor KK. Pasalnya ketentuan ini merupakan instruksi langsung pemerintah melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 12 Tahun 2016 tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi. Kulihat semua pada sibuk ngurus registrasi ulang kartu prabayarnya, ada yang rame digrup media sosial, rame bikin status WA, facebook, Instagram, sebagian mereka juga banyak nginbox ane untuk bertanya cara registrasi ulang kartu telekomunikasinya, bahkan ada pula yang datang ke rumah hanya sekedar bertanya soal registrasi ulang kartu telekomunikasi mereka.
Sebagian mereka ada yang mengeluh karena ribet, ada pula yang mendukung dan memberi alasan ala kadarnya, dan adalagi yang bersikap masa bodoh dengan hal tersebut, pokoknya macem-macem deh tanggapan dan komentar mereka. Ada pula yang mengkhawatirkan data pribadinya dibocorkan pihak Penyelenggara Jasa Telekomunikasi, meskipun pada peraturan menteri tersebut telah disebutkan kewajiban pihak Penyelenggara Jasa Telekomunikasi untuk merahasiakan data pelanggan, kecuali atas permintaan Kejagsaan Agung/Kepolisian, Penyidik, Menteri, dan instansi pemerintah untuk keperluan sebagiamana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kalau bagi ane sendiri sih nanggepin-nya biasa aja. Ane berprasangka baik pada pemerintah dan pihak Penyelenggara Jasa Telekomunikasi. Kalau ane gak salah ape-ape ngapain takut, toh yang bikin NIK sama Nomor KK Pemerintah sendiri kok. Mau mereka tarik kek mau dibuat apa juga ya terserah mereka, dibuat sendiri, ribet sendiri, ya gitu deh. Wong ini kan juga kemauan pemerintah, udah jelas kan pengaturannya pake peraturan menteri.
via bea cukai tanjung emas |
Lagian apa yang perlu dikhawatirkan, wong tanpa kita daftar pun data kita sudah tersimpan di sono. Terbukti kan ketika kita daftar ulang langsung muncul data nama lengkap kita berserta alamatnya lengkap banget. Loh kok bisa tau, dapet dari mana? Tanyakno karo rumput goyang ngebor. Sono!
Setiap orang harus dapat memproteksi dirinya sendiri dari berbagai macam ancaman. Masak kalah sama kambing, kucing, atau rusa. Kalah sama pohon nangka dan bunga mawar, karena seberapa kecil mereka punya upaya untuk memproteksi diri sendiri. Bukankah begitu pelajaran IPA waktu SD dulu, setiap makhluk hidup mempunyai cara tersendiri untuk melindungi dirinya dari ancaman mara bahaya. “Jadilah polisi bagi diri sendiri,” kata pak polisi sih gitu kalau sudah tak sanggup mennjaga keamanan. Hehe.
Orang baik akan selalu menganggap orang lain sebaik dirinya, itulah sebabnya orang baik selalu kena tipu, dijahatin orang, dikhianati, dan sebagainya. Masalahnya kita kadang terlalu pintar menilai orang lain dan terlalu bodoh menilai diri kita sendiri. Terlalu mudah men-judge orang lain jahat dan menggap dirinya baik. Ini tergantung bagaimana pola pikir kita terbangun. Kalau memang dengan mudah menganggap dirinya baik, tentu tak perlu khawatir dengan kemungkinan buruk yang menimpanya. Karena pada dasarnya ia sudah punya keyakinan, bahwa apapun yang terjadi pasti harus ia pertanggungjawabkan. Jadi, belajarlah bertanggungjawab pada diri sendiri dulu, agar kau dapat bertanggungjawab pada orang lain. Eh kok jadi kemana-mana ya tulisan ini. Hehe..
Lalu, pentingkah registrasi kartu telekomunikasi pakai NIK dan Nomor KK? TIDAK PENTING, iya menurutku tidak penting kalau kamu gak mau menggunakan jasa telekomunikasi. Lah ngapain registrasi kalau tidak mau pakai kartu Telkomsel, XL, Exis, IM3, dan sebagainya. Gampang toh, hidup itu mudah jangan dibikin ribet. Toh kalau di blokir, pemerintah sendiri yang rugi, pihak Penyelenggara Telekomunikasi pun juga rugi. Iya kan? Gak usah deh, gak usah registrasi. Ente cuma diakali pemerintah dan kapitalis doank. Eh jadi propokasi, entar ane dilaporin ke polisi lagi. Hehe.
Udah gitu aja, intinya gak penting. Gak usah registrasi pakai NIK dan Nomor KK, kalau butuh apa-apa tinggal call pake speaker mushalla. Gampang kan. Kan bagus tuh, yang awalnya kamu jarang ke mushalla jadi sering ke mushalla buat calling-callingan.
Terus kalau mau nabung, mau nyimpen duit, jangan di Bank ya, soalnya khawatir di bobol. Nyimpen di bawah kasur aje, kan lebih aman tuh. Kalau hilang paling yang nyolong anaknya, atau bapaknya buat beli kopi di warung pagi-pagi. Kayak emak ane dulu kan gitu, pas ane mau berangkat sekolah, “Nak, uang sakunya ambil di bawah kasur ye.” Langsung deh ane loncat kegirangan sambil bilang, “Enggeh, Mak.”
Tapi kalau ane sendiri sih udah registrasi ulang pakai NIK dan Nomor KK. Bahkan ane ngedukung banget nih program, kalau perlu sekalian entar registrasinya pakai nomor celana sama nomor sandal sepatu pula. Barangkali pas lebaran ada yang mau beliin, kan jadi hemat ane.
Selain itu ane juga pemasaran sama orang yang sering sms-in ane pake ngaku Bapak WR III UTM itu. Sering banget ane dapat SMS, kayaknya perhatian banget deh sama ane. Kasihan deh ente bentar lagi bakal ketahuan siape. Mau SMS ane lagi gak? Ane tunggu yee.!! Sampai jumpe!